Selasa, 04 Oktober 2011

Kami Sama, Tapi Berbeda

Aku terkagum dengannya. Mendapati dirinya yang berbeda.

Kami sama, tapi berbeda.

Aku terkagum dengan dirinya. Melihat caranya memandang dunia. Melihat caranya melihat hidup.

Kami sama, tapi berbeda.

Kulihat dirinya memandang dunia. Kukatakan dunia itu sempit, dia katakan dunia itu luas. Kukatakan dunia itu buruk, dia katakan dunia itu indah.

Kami sama, tapi berbeda.

Kulihat kembali caranya memandang hidup. Hidup yang kukatakan kejam, dia katakan ramah. Hidup yang kukatakan sulit, dia katakan tak sesulit yang kukatakan. Kukatakan hidup itu rumit, dia katakan, memang, tapi dengan begitu kita bisa belajar mengurainya.

Kami sama, tapi berbeda.

Dia selalu bertolak belakang denganku. Aku kah yang salah? Atau dirinya dengan dunianya?

Kami sama, tapi berbeda.

Aku kagum dengannya. Di saat aku mengeluh dengan teriknya matahari, dia merentangkan tangannya menyambut hangat sang surya. Di saat aku mengeluh dengan hujan yang membasahiku, dia menghamburkan dirinya menari di tengah guyuran sang banyu.

Kami sama, tapi berbeda.

Aku kagum dengan dirinya. Aku kagum melihatnya merasakan desiran sang bayu. Aku kagum melihatnya mendengarkan kicauan burung, percikan air, gemerisik pohon. Aku kagum melihatnya menghirup udara. Aku kagum melihat caranya menghargai kehidupan.

Ya, kami sama. Sama-sama memiliki rasa dan bisa merasakan. Sama-sama melihat dunia. Sama-sama merasakan dan menjalani hidup.

Tapi kami berbeda. Dengan caranya memandang dunia dan kehidupan sebegitu indahnya. Dengan caranya menghargai isi dunia dan kehidupan didalamnya. Aku iri padanya, tapi itu yang membuatku terkagum dengan dirinya.


30/08/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar